Monday, January 16, 2017

196 ㅡ ♕ 23:46

“Feeling lost most of the time. The purpose of me living is nothing if don't achieve anything. Will they treat me the same?”
— 23:46


Banyak hal yang membuat titik air menetes. Banyak hal yang membuat isak tangis menemani malam. Banyak hal yang terjadi tanpa permisi. Ingin bersuara, tetapi lidah kelu. Ingin biarkan hati bicara, tetapi hanya air mata bantu ungkapkan rasa. Ingin merangkai kata, tetapi benak tak mampu genggam erat sebuah pena.

Terjebak dalam pikiran akan ketakutan hilang dari ingatan, hati kesal tunjukkan ekspresi. Terjerat dalam emosi jiwa yang begitu membuat tubuh meringkuk, kedua sudut bibir mengarah ke bawah melupakan cara tersenyum.

Jika diperbolehkan bicara, ingin sekali menegur bibir yang selalu membicarakan hal yang terlalu membuat hati ciut. Tidak terluka, hanya pedih tergores.

Jika diperbolehkan ungkapkan rasa, ingin rasanya meminta sebuah perhatian tanpa membandingkan. Tak memaksa, hanya berusaha menyenangkan hati.

Jika diperbolehkan menangis, ingin membuat mereka menatap pedihnya hati yang tergores, batin yang terluka dan senyum yang pudar tanpa tertangkap pandangan mata. Tidak meminta belas kasih, hanya ingin sepasang mata masing-masing sadar akan suara hati.

Ketakutan merajalela diri akibat cemas tak mampu menggapai bintang yang sama. Akankah perlakuan berbeda diberikan?

Keresahan membuat sepasang netra tak siap untuk bermimpi. Akankah takdir menuntun ke jalan yang berbeda?

Ah, bisa jadi. Tak ada yang tahu jalan hidup seseorang dan satu dengan yang lainnya, pasti berbeda. Dua dari sepuluh yang mungkin melewati jalan serupa.

Terlalu lelah untuk mendengar. Terlalu sakit untuk kembali diulang. Terlalu cemas untuk menatap masa depan. Terlalu rendah menatap diri.

Bermimpi saja sudah tak berani dilakukan. Masa depan tak tentu arah. Akan ke mana, akan pergi ke mana, akan sampai di mana, dan harus bagaimana. Pertanyaan terlontar tanpa harapan akan menemukan jawaban.

Kembali, rasa perih di dada tak mampu membuat diri berpikir. Ingin terdiam seribu bahasa, namun kelopak mata tak ingin berteman. Air mata mengalir meski dalam usaha pertahanan diri untuk tegar. Ingin menyimpan saja, namun kotak hati sudah terlalu penuh dengan hal yang sama setiap waktunya. Jeritan hati membuat air terus mengalir.

Sudah terlalu lelah membiarkan. Sudah terlalu lama memendam. Sudah terlalu kesal untuk meratapi. Sudah terlalu sakit untuk melangkah.

Tak ada waktu untuk membicarakan kehidupan, terutama milik seseorang yang tak pernah menggapai sesuatu yang cemerlang. Tak ada tempat untuk beristirahat, terutama bagi seseorang yang tak memiliki tujuan. Tak memiliki tujuan dan mimpi, namun lebih letih.

Mereka berkata bahwa tak ada yang membedakan, hanya saja terlalu senang karena seseorang lainnya menggapai cita-cita idaman.

Mereka berkata bahwa akan tetap mencintai seseorang yang tak memiliki tujuan, tak perlu khawatir akan itu. Namun, tetap ada perbedaan yang dirasakan.

Akankah perlakuan yang sama diberikan, jika tak satu pun mimpi idaman digapai? Akankah diri tak terlupakan?

“I'm tired being alarmed all the time.”
— 00:26

No comments:

Post a Comment

감사합니다