Friday, January 9, 2015

50 ㅡ ♕ The Selfie Life of Chicken Soup

Lebih baik pernah mencintai lalu patah hati ketimbang 
tak pernah mencintai sama sekali
- Alfred Lord Tennyson.

Aku bukan orang penggugup tetapi rasanya aneh saja bagiku untuk merasa gugup pada pertemuanku dengan Kim Hanbin untuk kesekian kalinya. Akhirnya aku sadar tentang kenyataan yang sudah menghantuiku sejak pertama kali bertemu dengannya, suatu kenyataan yang sudah lama kucoba abaikan, suatu kenyataan yang harus kuakui, kenyataan yang berhak didengar olehnya, kenyataan yang perlu dipercayainya - Kim Hanbin adalah model standar yang kugunakan untuk menilai laki-laki lain.

Sedikit pun aku tidak tahu pertemuan kali ini merupakan awal perjalanan yang mencerahkan yang akhirnya akan memberiku pengetahuan bahwa mengikuti kata hati terbukti tidak cukup bila kita membiarkan rasa takut menimbulkan keraguan atau hambatan paling kecil sekalipun. 

Perjalanan berikutnya merupakan suatu pengalaman jatuh bangun. Pada masa-masa senang kami bisa ngobrol berjam-jam, tertawa-tawa, dan menikmati kebersamaan seakan-akan suka-duka dan segala sesuatunya di dunia benar-benar tak berarti. Aku merasa diriku benar-benar nyaman dengan upaya hasil  rekaanku sendiri - yaitu membuat dirinya senyaman, seaman dan sebahagia mungkin. Aku merasa sepasang matanya mengungkapkan bahwa dia membalas semua perasaanku.

Semua laki-laki yang pernah kukencani di masa lalu memiliki kualitas yang kudambakan (kecerdasan, rasa humor, ketampanan lahir/batin, dan kasih sayang), namun semua karakteristik itu belum pernah menyentuh hatiku. Aku butuh lebih dari semua itu. Aku butuh seorang laki-laki yang dengan kemampuannya yang unik menguatkan dan memberiku inspirasi secara mendalam, seorang laki-laki yang memaksaku menjadi orang yang lebih baik hanya karena dia tahu aku berhak atas yang benar-benar terbaik yang dapat kutampilkan, seorang laki-laki yang kesehatannya kupandang setara atau bahkan lebih penting lagi daripada kesehatanku sendiri. Semua itu kuyakini ada dalam diri Kim Hanbin meskipun sebenarnya tidak. Seorang laki-laki yang menyentuh hatiku.

Akhirnya kami pun pelan-pelan merenggang, membuatku bertanya-tanya mengapa lingkaran setan hangat-dingin ini terus berlanjut selama berbulan-bulan. Apakah itu karena kami berdua sama-sama takut untuk saling percaya dengan tanggung jawab yang menyertai yang dipersyaratkan oleh suatu hubungan yang erat? Mungkin seluruh instingku itu keliru dan dia sebenarnya belum pernah merasakan seperti yang kurasakan terhadapnya. Apapun alasan yang sebenarnya, perasaanku terhadapnya tidak berbuah sedikit pun. Anehnya, aku tak peduli apa alasan sebenarnya; yang penting bagiku adalah dia bahagia dan aman. Meski aku begitu mendambakan untuk jadi orang yang membuatnya menyunggingkan senyum yang tak tertandingi itu, aku akan puas bila tahu dia tersenyum dan diperlakukan seperti emas (sebagaimana layaknya dia) oleh orang lain.

Meski berbagai hal kemudian menjadi sama sekali berbeda dari yang kuperkirakan, aku mendapatkan pelajaran berharga dari pengalaman-pengalamanku bersama Kim Hanbin. Sejujurnya saja, meski aku sudah menyebut Kim Hanbin sebagai "seseorang yang terlepas", aku yakin rasa takut dan bimbang yang ada dalam diriku yang akhirnya memisahkan kami. Itulah yang membuat Han Yeoreum, "Yang Tak Pernah Lekang" ini menjadi lebih berarti ketimbang apapun. 

Kendati aku senang bila bisa kembali ke masa lalu dan bisa mengubah apa yang telah terjadi di antara kami, Aku tak memendam penyesalan. Aku mengikuti kata hati, dan meski dia tidak benar-benar membalas perasaanku, bagaimanapun dia berhak mendapatkan kebaikanku. Aku sadar bahwa bila orang seistimewa Kim Hanbin datang ke dalam hidupmu, demi dirinya kau juga akan mengikuti hatimu dan mempertaruhkan segalanya sebagai perempuan. Kalau tidak, kau akan membiarkan rasa takut membatasi masa depanmu, membuatmu hanya menggengam kenangan tentang "seseorang yang terlepas" atau lebih buruk lagi, kenangan-kenangan "Yang Tak Pernah Lekang" yaitu kenangan tentang seseorang yang tidak ingin kau ingat tapi tidak bisa kau lupakan karena kau begitu tulus memperjuangkannya. 


Jeffrey Nathan Schirripa
female ver. story