Monday, September 28, 2015

141 ㅡ ♕ [Chapter 3] Felicie & Jaehee: Neurotransmiter.

Location: Melbourne Hospital
Date: September 8th, 2015
Time: 08:30AM

<Felicie Baylissa Nell; Head Team of Pharmacist POV>

Kala sedang memperhatikan segala bentuk dokumen yang berserakan di atas meja sebagai pendukung bahwa memang Jaehee dan Feli memutar otak, menghabiskan waktu yang harusnya bisa digunakan mereka untuk bersantai itu, Jaehee menyuguhkan Feli secangkir teh.

'Apple Tea!' Pekiknya dengan suara 0% dalam komputer, hatinya mulai berterimakasih setidaknya tata krama tamu bertamu yang dimiliki oleh Jaehee masih diterapkan sampai sekarangㅡsudah seharusnya. Feli hanya berterimakasih Jaehee masih ingat untuk menyuguhkannya secangkir teh meskipun hanya sebagai pemanis, Feli tengah sibuk menyerap segala informasi data Robin dan hanya mengangguk seraya tersenyum ke arah Jaehee yang mempersilahkannya untuk menyesap teh beraroma harum itu. Konsentrasi Feli tak ingin dibuyarkannya, jika ia mengambil cangkir itu, berarti ia sudah siap bersantai. Tidak, bukan sekarang. Masih membolak-balik berkas-berkas yang ada dan Jaehee kembali menjelaskan banyak mengenai analisis yang telah dilakukannya secara pribadi dan sampai sekarang masih terus berjalan.

Saraf tubuh yang masih mengikuti otak, kening Feli sedikit berkerut. Tandanya Robin masih bisa memfungsikan sistem tubuhnya terutama saraf dengan normal meskipun bisa saja tidak dalam kondisi yang maksimal. Asumsi demi asumsi muncul di kepala Feli bagaikan layar presentasi yang mem-pop-out-kan sebuah tulisan terbang di atas background. Namun seterusnya gadis ini masih mendengar kelanjutan simtoma hasil analisis pribadi dari Jaehee dan mendapati informasi lain bahwa Jaehee berfikir bahwa Robin mengalami traumatik.

Ringan atau tidak? Ringan atau tidaknya tingkat traumatik seseorang tak bisa diperkirakan dari bagaimana cara tubuh seseorang itu menolak. Seperti contohnya keadaan kasus langka dari Robin yang mana pasien muda ini menolak untuk membangunkan dirinya sendiri. Kita belum mampu mengetahui seberapa jauh Robin mengalami trauma dalam dirinya. Yaㅡmari kita bangunkan Robin. Sebuah obat yang harus diberikan adalah obat yang harus membangunkan Robin bagaimanapun caranya. Feli kembali memutar otaknya, mengingat serangkaian essay lengkap yang dibuatnya sedemikian rupa ketika skripsi.

Hampir semua obat-obat psikiatri bekerja dengan memanipulasi berbagai neurotransmiter di sistem saraf pusat yaitu otak. Otak adalah organ yang terdiri dari berjuta-juta sel saraf. Otak mampu melakukan fungsinya dengan baik bila sel-sel otak bekerja dengan baik pula. Kondisi ini tercapai bila terdapat komunikasi yang benar antar sel-sel saraf.
That's it! Itu yang harus dibuat bekerja oleh Feli melalui pemikiran dan ramuan obat yang harus dibuat. Sistem saraf harus mampu bekerja sama dengan otak layaknya partner hebat. Neurotransmiter. Feli ini dia.

Neurotransmiter ㅡ zat yang diperlukan dalam mengatur komunikasi antar sel saraf. Jenis obat ini akan membantu menenangkan serta membuat otak serta sistem saraf bekerja maksimal sesuai dengan fungsinya. Di dalam kasus ini, fungsi dari sistem saraf Robin disalahgunakan otaknya sehingga terjadilah fungsi yang menyimpang dan tugas partner dokter-farmasi adalah mengembalikan keadaan Robin ke posisi semula. Feli menelan ludah dengan sedikit sulit ketika pemikiran demi pemikiran mulai menerjang keningnya. "Hm.." Feli mulai angkat bicara, rangkaian kalimat mulai ingin dikeluarkannya "Aku tau satu obat yang memang cocok untuk Robinㅡmembangunkan Robin dari ketidakinginannya untuk bangun." Feli menatap Jaehee yang tengah memperhatikannya dengan tatapan fokus ke dalam pembicaraan. "Neurotransmiter." Lanjutnya pendek. "Sebuah obat psikiater yang dapat memaksimalkan bekerjanya otak dengan sistem saraf secara maksimal"

"Aku mengerti bahwa traumatik mungkin saja menjadi salah satu alasan mengapa pasien muda ini tak mampu atau lebih tepatnya tak ingin bangun dan kita bisa mencoba memberikan Neurotransmiter sebagai obat pengacu Robin untuk membangunkan dirinya dari lelapnya trauma" Jelas Feli. "Obat ini akan memperbaiki sistem saraf dalam tubuh Robin sehingga sistem tersebut menjadi stabil kembali dan akhirnya dapat memperbaiki emosi, perilaku, cara berpikir, dan bertindak Robin nantinya ketika ia bangun" Feli menjelaskan seluk-beluk obat yang diberikan Feli sebagai bentuk rencana penyembuhan kasus langka yang dialami Robin. Gadis ini menatap Jaehee, menunggu reaksi atas rencana Feli dalam bidangnya.

'Terapi Psikologi Komunikasi' Neurotransmiter dirasa pas sekali untuk menunjang kelanjutan penyembuhan Robin.

<Song Jaehee; Dokter Anestesi dan Kardiovaskular POV>

"Neurotransmiter." Sebuah nama yang agaknya tidak begitu asing sependengaran Jaehee dilontarkan oleh Feli. Nama obat yang dicerna Jaehee adalah salah satu yang pas menurut Feli untuk membangunkan Robin dari tidurnya.

"Bagus Feli, itu dia!" Seru Jaehee seraya menjentikkan jarinya dan tersenyum ke arah gadis dihadapannya. Dia terlalu lega, meskipun untuk sementaraㅡmeyakini dirinya bahwa obat yang dimaksud Feli serta seluruh rangakain penjelasan yang dilontarkan oleh gadis itu memang semuanya masuk di akal. Bukan semerta-merta hanya mencari obat yang cocok, tetapi setiap detail penjelasan serta cara kerja Neurotransmiter yang dikatakan oleh Feli dianggap Jaehee sebagai salah satu bentuk solusi guna memperbaikiㅡistilahnyaㅡmembangunkan singa yang sedang tidur.

"Ya, aku ingat aku pernah mendengar obat semacam itu." Dia menganggukan kepalanya ke arah Feli, begitu setuju dengan saranㅡbukan, sebuah obat yang benar adanya bisa mengembalikan fungsi sistim saraf pada sel-sel otak Robin, yang kemudian akan disalurkan kepada seluruh bagian tubuh dan alhasil membuatnya kembali bangun.

Benar, tidak salah aku bicara dengan Feliㅡbatinnya. Senyum menggembang di bibirnya kala mendengar Feli memberikan penjelasan yang begitu rinci dan terpercaya. "Apa bisa kita dapatkan obat itu sekarang?" Jaehee bertanya.

Keinginan untuk memonitor setiap perkembangan Robin dan segera membangunkannya membuat Jaehee semakin bersemangat demi kesembuhan anak laki-laki itu.

"Maka dari itulah, aku butuh kerjasamamu." Tutur Jaehee memberitahu. "Karena aku yang turun tangan langsung dalam kasus langka kali ini, aku ingin agar semua obat-obatan yang digunakan atau disuntikkan kepada Robin harus atas dasar sepengetahuan dan persetujuanku." Dia menekankan pada beberapa bagian kata pada kalimatnya itu. Untuk memperjelas bahwa dia memang bertanggung jawab atas kondisi Robin.

Song, JaeheeㅡGadis ini baru menyadari keberadaan obat tersebut. Sejak tadi, pikirannya melayang entah kemana dan yang dia pikirkan hanyalah bagaimana caranya bisa menyembuhkan Robin. Dia melewatkan beberapa titik tertentu yang sebenarnya penting untuk dia pertanggungjawabkan. Ah, tak apalah. Jaehee juga manusia, dia bisa melakukan kesalahan tapi disini posisinya bukan melakukan kesalahan. Dengan memanggil Feli untuk mendiskusikan kasus ini dengannya, dia merasa bahwa diaㅡcapslockㅡtelahㅡmenanggulangi segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

"Feli, jadiㅡapakah kita bisa mendapatkan obat itu sekarang?" Dia mengulang pertanyaannya kala otaknya masih mencerna setiap detail pekerjaan yang sudah tersusun jelas di pikirannya dan harus direalisasikan secepat mungkin. Dia melirik ke arloji yang dikenakannya di pergelangan tangan sebelah kiri, "Kalau bisa, obat itu harus kita suntikkan pada Robin sebelum hari ini berlalu." Sambungnya.

<to be continued>

No comments:

Post a Comment

감사합니다