Saturday, September 19, 2015

138 ㅡ ♕ Savannah Johnson: Aku Mampu Memandang Musik.

"Ugh!" Gerutu seorang gadis kecil bertubuh mungil dengan ransel di pundak dan rok renda berwarna senada dengan sepatu ala princess miliknya. "Ruang musik.....harusnya di dekat sini" Senyum merekah dari sisi gadis yang penuh semangat ini ketika sebuah tekstur dinding yang sudah jelas terekam dalam otaknya menyentuh lembut tangan mungilnya. Dengan memegang tali ransel yang dibawanya, gadis ini mendorong pintu yang cukup besar ㅡ lebih besar jauh dari tinggi tubuhnyaㅡ menggunakan lengan sebelah kirinya. "Hua~" Bersikap seperti seseorang yang mampu memandang dunia, gadis cilik ini membuka mulutnya dan bersikap seolah menganggumi ruangan tersebut. "Kursi...kursi...." Segera gadis cilik ini mencari dimana letak kursi piano. "Ah!" Ditemukannya dalam sekali langkah. "Ini dia!" Merasa bangga dengan kehebatannya itu, gadis cilik ini langsung duduk dengan tenang. "Main lagu apa yah..." Sebentar gadis bernama Savannah ini bergumam halus, sendiri tanpa bersuara. Sebuah denting piano menghiasi kepalanya, ya ㅡ sebuah lagu yang akan dimainkannya. Pelan-pelan dengan penuh perasaan Savannah menarikan jemarinya di atas tuts piano yang tebal dan keras.

"Aahhhhhhhhhh!" Sebuah teriakan mengagetkan Savannah kecil yang tengah asik dalam dunianya. Sontak gadis ini mengerutkan jemarinya, kening pun dikerutkan bagai nenek-nenek yang sedang berfikir. Bagi orang yang mampu memandang dunia, mereka dapat langsung mengetahui titik asal suara tersebut. Tapi bagi Savannah kecil, ia harus memfungsingkan 2x lipat indranya dengan tajam. 'Apa ini.....siapa....' Takut, gusar, gadis ini ketakutan dalam diam.

Gadis ini turun dari kursi tinggi piano dan berteriak, "Siapa di sana....? siapa?" Gemetar, meskipun tak getir. Savannah terus bertanya siapa di sana, nada bertanya mulai bercampur nada tangis. "Si-siapa?" Takut. "Aku tak mampu melihat, aku tak tau siapa di sana.." Gemetar hebat, nada suara gadis cilik ini menyentuh dada "Siapa....di...sana.."

Beberapa suara yang dikenalnya memasuki ruangan, sontak Savannah memutar kepalanya mencari celah titik di mana ia harus melangkah mendekati seseorang itu. Anggukkan ditunjukkan Savannah ketika jelas mendengar siapa pemilik suara teriakan itu, siapa dia. Kedua kaki kecil milik Savannah melangkah pelan, menghampiri gadis yang telah menginspirasinya untuk bermain piano. Senyum yang tak dimengertinya sampai atau tidak kepada idola pianonya itu, Savannah menggengam erat tangan gadis yang sudah jelas lebih tua darinya dengan tatapan kosong dan senyuman yang masih terus di sana.

No comments:

Post a Comment

감사합니다