Thursday, July 5, 2018

249 ㅡ ♕ Kita tidak selalu dapat mengandalkan kesan pertama.

Tertantang
Toni-Michelle Nell
1

✦ Kang Shinwoo x Han Jisoo ✦

Kita tidak mencintai seseorang karena rupanya, pakaiannya, atau mobilnya yang keren, tetapi karena mereka menyanyikan lagu yang hanya kita yang bisa mendengarnya.
— Sumber tidak diketahui 

Aku wanita berusia 26 tahun, lajang, dan baru saja membeli rumah pertamaku. Rumah ini adalah pembelianku yang pertama sebagai orang dewasa. Setelah menandatangani dokumen terakhir, kuputuskan untuk mampir ke beberapa rumah teman sebelum pulang untuk berkemas.

Temanku yang satu ini bukan tipe orang yang formal, jadi ketika tiba di rumahnya, aku langsung saja masuk. Ketika sampai di sudut ruang tamunya, aku sedikit kaget ketika melihat seorang lelaki yang belum pernah kutemui sedang duduk di sofa. 

Ketika dikenalkan kepada laki-laki itu, Kang Shinwoo, aku tak bisa tidak memperhatikan betapa norak caranya berpakaian. Aku memang jauh dari modis, tetapi aku terpaksa bertanya-tanya apa yang dipikirkannya ketika keluar dari rumah pagi itu.

Setelah kami duduk di ruang tamu, mengobrol dengan asyik, kuperhatikan Shinwoo tidak banyak bicara. Ibuku selalu mengajariku bahwa orang-orang yang mendominasi pembicaraan bukan saja tidak sopan, tetapi kurang ajar. Jadi, aku selalu berusaha melibatkannya ke dalam obrolanku dan temanku. Apa pun yang kukatakan kepadanya, yang kudapat hanyalah jawaban terbata-bata dan patah-patah.

Setelah beberapa jam, aku pun pulang. Banyak sekali yang harus kubereskan dan hari kepindahanku tak terasa sebentar lagi tiba. 

Beberapa hari kemudian, aku pergi membeli tirai jendela untuk rumah baruku. Sesampainya di sana, aku baru sadar bahwa obeng yang kumiliki tidak akan bisa kugunakan untuk memasangnya. Jadi, pergilah aku ke rumah temanku itu kalau-kalau dia memiliki obeng atau bor yang dapat kupinjam dari suaminya. Sesampainya di rumah temanku, dia mengatakan tak keberatan meminjamkan bor, tetapi suaminya belum pulang ke rumah usai bekerja, dan dia tak tahu tempat suaminya menyimpan peralatan yang aku butuhkan itu.

Setelah terdiam sejenak, dia mengatakan Shinwoo sedang ada di ruangan lain, dan dia akan menanyakan apakah Shinwoo memiliki bor atau tidak. Beberapa saat kemudian, Shinwoo pun muncul. Kali ini masalah bicaranya jauh lebih buruk daripada terakhir kali kami bertemu. Aku tidak bisa berbuat lain kecuali memperhatikan bahwa dia lagi-lagi punya selera berpakaian yang benar-benar payah. Perlahan-lahan dia menyampaikan bahwa dia bukan hanya memiliki bor tanpa kabel, tetapi dia juga akan ikut denganku untuk membantuku memasang tirai itu... dan dialah yang akan menyetir.

Perutku mendadak mulas, aku tidak tahu harus mengatakan apa. 
Dapatkah dia melakukan pekerjaan itu? 
Bisakah dia menyetir? 
Haruskah aku mempercayainya? 
Lagi pula, dia benar-benar orang asing bagiku.

Aku menarik napas panjang dan mengiyakan. Aku tahu bila temanku bisa menyetujui, artinya lelaki ini pastilah mampu melakukannya. Kalau tidak, tentu temanku itu sudah memberitahuku. Sambil mengharapkan yang terbaik, aku pun naik ke mobil, duduk di sisi penumpang, dan kami berangkat menempuh perjalanan pendek menuju ke rumah baruku.

Setelah kami sampai, Shinwoo menarik sebuah peti perkakas dari dalam mobil dan mengikutiku masuk ke dalam. Aku harus mengatakan bahwa aku agak terkesan. Sebelum memasang masing-masing tirai itu, dia mengukur dan memberi tanda dengan sangat hati-hati agar tidak menggores jendela-jendela baruku yang indah.

Ketika dia berpindah dari satu ruangan ke ruangan lainnya, aku mengikutinya dari belakang. Ketika itu aku sudah percaya penuh pada kemampuan kerjanya. Shinwoo bicara dengan jelas bila dia sedang membelakangiku. Hanya dalam percakapan sambil bertatap muka saja bicaranya jadi sulit dipahami.

Di jendela terakhir, dengan membelakangiku, dia mengatakan bahwa teman kami itu akan ada acara di luar pada hari Jumat. Dia bertanya apakah aku mau ikut serta. Tanpa ragu sedikit pun, aku mengiyakan. Aku sendiri terkejut, karena aku belum pernah melakukan itu sebelumnya.

Aku sama sekali tak pernah menyangka, meski jutaan tahun pun, bahwa Shinwoo akan menjadi kekasihku ketika pertama kali berjumpa dengannya. Beberapa bulan setelah kami menjalin kasih, aku membuat pengakuan kepada Shinwoo soal kesan pertamaku tentang dia. Shinwoo tertawa dan katanya dia jadi terbata-bata dan gagap hanya bila dia memandangku karena dia merasa aku adalah perempuan paling cantik yang pernah dilihatnya. Hatiku pun kembali... menghangat.

Kamu mungkin bertanya-tanya... bagaimana soal seleranya memilih pakaian? Ternyata, dia berpakaian seperti itu untuk menarik perhatianku.

Kukira kisahku ini bisa dijadikan contoh bahwa kita tidak selalu dapat mengandalkan kesan pertama. Andai saja saat itu aku mengandalkan kesan pertamaku, aku pasti sudah kehilangan kesempatan menjalin kasih selama delapan tahun dengan lelaki paling keren di planet ini.

Orang yang bahagia bukanlah yang berada dalam kondisi-kondisi tertentu, melainkan orang yang memiliki sikap tertentu.
— Hugh Downs



No comments:

Post a Comment

감사합니다