Saturday, August 4, 2018

266 ㅡ ♕ Cinta yang sesungguhnya itu adalah cinta yang tulus dan tidak bersyarat.

HAN GEUMBI ☓ DARK PHOENIX
He never left my mind, I never even crossed his
Written by Vanny | 2,443 words

Kebodohanku berujung duka,
kerinduanku berujung luka,
akankah perasaan ini berujung fana?
— Geumbi, Han.


Han Geumbi adalah seorang wanita yang penuh kasih sayang, tetapi sosok ratna yang pipinya mudah bersemu merah ini juga sangat pemalu. Dia memiliki kepribadian yang terbilang pasif karena lebih banyak mendengar daripada bicara. Tidak hanya dalam pekerjaan, Geumbi pun sulit untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain. Meski ketika bekerja, dia akan jauh lebih banyak bicara, tetapi terkadang Geumbi lebih memilih diam dan mengobservasi serta menganalisa dibandingkan menggunakan waktunya untuk berdiskusi. Inilah salah satu penyebab mengapa sang puan jarang terlihat bersosialisasi.

Terlepas dari kepribadiannya yang tidak mudah bergaul, tidak mengerti bagaimana menyampaikan perasaannya, serta tidak banyak bicara, Geumbi sangat menyayangi adiknya, Han Woobin. Geumbi tidak terlahir dalam keluarga yang bergelimangan harta dan kehidupan yang keluarga Han jalani sangatlah sederhana, tetapi keluarga yang beranggotakan empat orang ini sudah sangat berkecukupan, dan mereka sangat bahagia. Oleh karena itu, karena terpaut usia 12 tahun dengan sang adik, Geumbi sangat protektif dan selalu ingin tahu kabar adiknya yang masih menyandang status mahasiswa di Universitas Nasional Seoul. Dia selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang disayanginya. Bahkan, setiap bulan Geumbi terus mengirimkan uang bulanan untuk kedua orang tuanya yang tinggal di Pulau Jeju. Apa lagi ketika mengetahui kabar bahwa ayahnya mengidap Senile Dementia atau Alzheimer, Geumbi menjadi sangat terpukul dan berujung menyalahkan diri sendiri sebab saat mendapat kabar itu, dia masih berada di balik jeruji besi karena perbuatannya yang melanggar hukum, yaitu membuat pil adiktif ilegal permintaan dari seorang laki-laki yang sangat dicintainya. Dia adalah perempuan yang akan mencintai sampai mati, dan mempertahankan perasaannya meskipun kenyataan mendorongnya mundur. Han Geumbi sangat mencintai Dark Phoenix, dan hal itu tak akan berubah. Setidaknya, dia tahu, dia adalah seorang perempuan yang mencintai tanpa syarat. Dia percaya, ketulusan hati akan memenangkan segalanya.

Menjadi seorang anak sulung keluarga membuat Geumbi sangat bertanggung jawab. Entah itu bertanggung jawab dalam apa yang dia katakan, pun juga dalam perbuatannya. Dia selalu berpikir dahulu sebelum berbicara, dan memikirkan banyak kemungkinan sebelum melakukan sesuatu. Selain bertanggung jawab, Geumbi juga adalah sosok yang pekerja keras, pantang menyerah, dan tak kenal lelah. Dia bisa menghabiskan harinya hanya berdiam di dalam ruangan kerja saja; menganalisa obat-obatan bagi Rumah Sakit Nasional Gangnam tanpa beristirahat. Oleh karena itu, banyak dari rekan-rekan sejawat sang ratna memanggilnya dengan sebutan ‘Crazy Gold’; yang sebenarnya memiliki arti ‘Geum Gila’ dan jika bicara perihal kegilaan, dia juga terkenal dengan mood yang berubah sesuai dengan cuaca. Jadi, seperti ini, Geumbi bisa saja terus menampilkan senyuman terbaiknya kala cuaca sangat cerah; ketika angin berembus menerpa wajahnya, langit terang dengan mentari yang terik, tetapi dia bisa langsung menangis tersedu-sedu ketika hujan mengguyur seluruh pelosok Gangnam. Entahlah, tak ada yang mengetahui alasan di balik kebiasaan, atau kegilaan Han Geumbi tersebut, dan tak ada seorang pun yang berani bertanya. Bukan takut, melainkan segan dan enggan mengetahui rahasia yang dimiliki dara pemilik jabatan ilmuwan di rumah sakit itu.

“Hidup itu bagaikan bercermin. Apa yang kau katakan kepada orang lain; baik atau buruk, nantinya akan kembali padamu. Jadi, perbanyaklah mengucapkan kalimat yang menyenangkan hati karena di setiap langkahmu, kau juga akan mendengar ungkapan-ungkapan yang sama.” 
— Geumbi, Han.


✦: November, 1985.

Han Geumbi lahir ke dalam keluarga yang menetap di sebuah pulau cantik bernama Jeju. Keluarga Han menjalani kehidupan mereka dengan kesederhanaan. Anggaplah mereka berkecukupan. Tidak bergelimangan harta membuat keluarga yang kala itu baru beranggotakan tiga persona saja selalu berjuang untuk terus bahagia meski hidup dalam kesederhanaan. Kedua orang tua, Han Moojin dan Bae Jungjoo, sangat menyayangi karunia dari Tuhan yang mereka beri nama Han Geumbi.

Sejak kelahiran Geumbi, Jungjoo yang seharusnya tidak bekerja dan hanya mengurus segala keperluan rumah tangga saja harus mulai berjuang membantu sang suami. Ibu dari Geumbi itu bekerja sebagai seorang penyelam di Pulau Jeju. Ikan-ikan yang ditangkap kemudian dijual ke pasar tradisional dekat kediaman Han. Tak dapat dipungkiri bahwa biaya membesarkan seorang anak tak sedikit sehingga pasangan Han harus membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, kerapnya Geumbi dititipkan pada sebuah rumah penitipan anak yang jaraknya tak jauh dari pasar sehingga Jungjoo tidak terlalu khawatir. Walaupun perjalanan hidup menjadi semakin sulit, kasih sayang kedua orang tua Geumbi tak pernah berkurang, bahkan selalu bertambah setiap harinya, dan Geumbi tentu sangat menghargai serta menyayangi ayah dan ibunya.

“Cinta yang sesungguhnya itu... seperti cinta yang diberikan kedua orang tuaku padaku. Tulus dan tidak bersyarat.” 
— Geumbi, Han.



✦: June, 1997.

Tahun ini Geumbi berusia 12 tahun, dan keluarga Han mendapatkan sebuah kejutan dari Tuhan. Lagi-lagi sebuah karunia diberikan Sang Pencipta kepada keluarga yang kini beranggotakan empat persona. Han Moojin dan Bae Jungjoo memberi anak lelaki mereka sebuah nama yang diyakini sebagai doa. Han Woobin. Itulah nama adik laki-laki dari Geumbi.

Senangnya bukan main. Tak mampu mereka menutupi kebahagiaan yang dirasakan keluarga kecil yang selalu berusaha menjalani hidup dengan baik. Namun, meski kebahagiaan menyelimuti, sebuah fakta tak mampu dibiarkan begitu saja. Bertambahnya anggota keluarga membuat keuangan juga harus berjalan naik, dan kala itu, Geumbi masih belum bisa membantu kedua orang tua untuk menghasilkan uang. Ayah juga tak memperbolehkan Geumbi kecil untuk bekerja, meskipun hanya bekerja sebagai penjaga kedai serba ada di dekat pasar.

Pada tahun 1997, keluarga Han mengalami masa-masa yang sulit. Finansial mereka terombang-ambing. Apa lagi ketika tak banyak ikan yang dapat ditangkap Jungjoo, dan pekerjaan sang ayah dari dua anak, yaitu Moojin, juga tak berjalan baik. Moojin nyaris dipecat karena pernah tertangkap basah mencuri beberapa ekor ikan di pabrik pengawetan makanan, tempatnya bekerja. Hidup itu tidak berat, tetapi menjalaninya memang cukup sulit. Moojin dan Jungjoo kehabisan kata-kata dalam mencari solusi untuk menghidupi kedua anak hingga suatu hari, Jungjoo sampai kepada suatu titik di mana dia sudah lelah dan ingin mengakhiri hidup. Untung saja beberapa menit sebelum Jungjoo memberikan sebuah gelas berisikan racun yang dia buat dari bubuk arang dan beberapa zat beracun lainnya kepada sang anak sulung, yaitu Geumbi, Moojin pulang dari pabrik dengan membawa sebuah berita baik. Kepala keluarga Han naik jabatan menjadi supervisor di pabrik tempatnya bekerja sebab kinerjanya dianggap cukup baik untuk duduk di bangku jabatan yang lebih tinggi. Terlebih, Moojin juga memiliki pengetahuan dalam bidang pengawetan makanan sehingga dia bisa sangat membantu perusahaan.

Mendengar kabar baik itu, Jungjoo memeluk Geumbi dan menangis tersedu sambil meminta maaf. Saat itu, hujan turun membasahi pulau yang terkenal dengan pantai dan bunga-bunganya yang cantik, dan Geumbi kecil tak mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi satu hal yang dia tahu, air mata jatuh membasahi kedua pelupuk matanya. Hatinya perih, nyeri, dan entah perasaan apakah itu. Dia tidak tahu apapun perihal sulitnya menjalani kehidupan. Namun, sejak kecil dia sudah mengerti apa arti tangis dan air mata.

“Aku tak mengerti apa itu perih, nyeri, sakit hati,
tetapi aku tahu betul apa arti dari tangis dan air mata,
karena hari itu, hujan turun.” 
— Geumbi, Han.



✦: March, 2003.

Tidak pernah terpikirkan oleh Han Geumbi bahwa dirinya akan mendapatkan beasiswa. Tahun ini Geumbi berusia 18 tahun dan tibalah saatnya bagi si sulung untuk meninggalkan pulau terbaiknya demi mengemban pendidikan di ibukota. Beasiswa didapat, dia tak perlu memutar otak untuk mencari uang demi membiayai pendidikannya, dan biaya asrama pun juga sudah ditanggung universitas sehingga apa yang perlu dia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana dirinya belajar dengan baik untuk mempertahankan nilai serta dalam waktu yang sama, dia juga akan bekerja untuk membiayai kehidupannya selama di Seoul.

Kepindahannya ke Seoul memberikan sedikit kenyamanan bagi kedua orang tua sebab tanggungan mereka sudah berkurang satu, dan sejak itu, sang bunda tak perlu bekerja lagi sehingga Woobin tentu mendapatkan perhatian lebih. Hal itu yang tidak dapat dimiliki oleh Geumbi saat dia seusia Woobin. Namun, bukan masalah, tak ada iri di hati sang kakak. Kelegaan mengisi relung. Geumbi lega Woobin akan tumbuh menjadi sosok laki-laki yang juga dipenuhi kasih sayang sebab kasih sayang kedua orang tua mereka sudah sangat cukup untuk membentuk kepribadian kedua saudara Han menjadi dua orang yang baik bagi sekitar.

Han Geumbi belajar dengan giat setiap harinya. Dia sangat menyukai ilmu pengobatan dan bercita-cita ingin menjadi seorang ilmuwan yang cerdas serta berguna bagi kehidupan banyak orang. Oleh karena itu, setiap hari Geumbi akan mengunci diri di perpustakaan; membaca banyak buku, dan mempelajari banyak hal. Dia tak ingin mengecewakan beasiswa yang didapatnya dengan penuh perjuangan.


✦: October, 2007.

Hari kelulusan pun tiba. Tidak membutuhkan waktu lama bagi seorang Geumbi untuk dapat lulus dari salah satu universitas ternama di ibukota. Kedua orang tua menemaninya datang ke perayaan kelulusan. Tak lupa Woobin juga ikut menemani dan mereka berfoto keluarga bersama. Sangat bahagia. Hari itu rasanya adalah hari terbaik selama Geumbi hidup karena sebuah pencapaian telah dipegang dalam tangan. Dia sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang yang banyak karena sudah menjadi sarjana. 

Keingianan untuk terus berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan pengobatan membuat Geumbi tak berani menolak sebuah tawaran yang diberikan kepadanya untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Oxford di Inggris. Beasiswa lagi-lagi didapat dan tak mungkin Han Geumbi menolak niatan baik seorang petinggi kampus yang bersedia memberikan beasiswa kepadanya. Kali ini, tak hanya biaya perkuliahan serta asrama saja yang gratis, melainkan setiap minggunya Geumbi juga diberikan uang saku selama tinggal di Inggris. Tentu, mana mampu sang ratna yang selalu senang mengembangkan diri itu menolak. Anggukan diberikan sebagai tanda persetujuan. 
Beberapa hari setelah perayaan kelulusan, Geumbi pun terbang ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan. Di sana, dia tak hanya belajar dengan giat untuk segera lulus dan mendapatkan gelar keduanya, melainkan dia juga bekerja sebagai asisten dosen di fakultasnya.


✦: August, 2010.

Keinginan Geumbi untuk belajar dan terus belajar membuahkan hasil, ketika banyak orang membutuhkan banyak waktu untuk dapat lulus dari Universitas Oxford, dia berhasil menyelesaikan pendidikannya hanya dalam tiga tahun saja. Perjuangan membuahkan hasil. Percayalah pada kekuatan yang ada di dalam dirimu.

Geumbi pun kembali ke ibukota Korea Selatan untuk mencari pekerjaan. Dia harus segera mendapatkan pekerjaan agar dapat membiayai kehidupan keluarganya. Sebagai anak sulung, sudah sepantasnya Geumbi menjadi tulang punggung keluarga, mengingat ayah dan ibunya pun sudah semakin tua.

Puan kelahiran Pulau Jeju yang sudah menyandang gelar sarjana untuk kedua kalinya masih belum puas saat pekerjaan sudah didapatnya di sebuah rumah sakit nasional ibukota. Dia masih ingin terus mengembangkan pengetahuannya. Oleh karena itu, lagi-lagi dia melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar S3 sambil bekerja. Tak kenal lelah, begitulah seorang Han Geumbi.



✦: April, 2012.

Pada dasarnya, seorang Han Geumbi tidak pernah sekali pun berpikir perihal jatuh cinta. Apa lagi mengingat kewajibannya untuk membiayai kehidupan keluarga sebagai tulang punggung keluarga. Mana mampu si sulung bersantai dan memanjakan diri dengan mencari laki-laki yang bisa memberikan afeksi. Mencintai diri sendiri saja, itu sudah lebih dari cukup.

Ya. Geumbi memang bisa mengatakan hal itu dengan penuh kepercayaan diri sebelum kedua matanya menangkap figur seorang lelaki yang saat itu juga membuatnya percaya akan apa itu cinta pada pandangan pertama. Dimulai dari bersahabat, cinta datang secara tiba-tiba, tetapi meskipun semakin lama rasanya perasaan yang ada di dalam dada semakin besar, dia enggan untuk menyatakan isi hatinya kepada Dark Phoenix, sang tambatan hati. Entah karena dia takut persahabatannya akan sirna begitu saja bagai mengedipkan kelopak mata, atau karena dia percaya bahwa lelaki pencuri hatinya itu tak memiliki perasaan yang sama. Entahlah... yang jelas, Geumbi berniat menyimpan semua cinta yang dia rasakan di dalam hati saja, dan menutup kotak hati tersebut rapat-rapat. Cukup dia yang merasakannya, diri sudah mampu bahagia.



✦: May, 2013.

Han Geumbi yang sudah menyandang gelar S3 dan mendapatkan julukan ilmuwan muda dalam bidang ilmu pengobatan mendapatkan sebuah surat yang mengatasnamakan tambatan hatinya sebagai pengirim. Senyuman terukir menghiasi paras ayu sang puan. Dark Phoenix meminta Geumbi membuatkannya pil adiktif. Entah untuk apa pil tersebut, tetapi yang jelas, Geumbi senang sekali karena dia dipercaya oleh Dark Phoenix untuk membuat sesuatu. Cinta membutakan segalanya, Geumbi tak berpikir panjang. Dia hanya ingin mendapatkan nilai tambah di mata lelaki itu. Oleh karena itu, bermodalkan keinginan untuk menjadi sosok perempuan yang penurut, dia membuatkan apa yang diminta Dark Phoenix.

Namun, kenyataan ternyata membuat Geumbi tersadar bahwa cintanya kepada sang adam berujung luka. Dia ditangkap dengan tuduhan pembuatan pil adiktif ilegal. Berdiam lama di kantor polisi membuat Geumbi terpaksa memberikan kesaksian bahwa benar adanya surat yang dia terima sebagai perintah berasal dari Dark Phoenix. Akhirnya, puan yang malang itu pun dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun. Tak pernah Geumbi membayangkan dirinya yang sudah mengemban pendidikan setinggi-tingginya hingga menyandang tiga gelar dan juga mendapatkan julukan ilmuwan muda yang cerdas akan berakhir di balik jeruji besi. Meski begitu, hal tersebut tak dapat membuatnya membenci Dark Phoenix.

Dia memang bodoh, tetapi apa daya, hati tak ingin memberi benci, meski menyisakan perih.



✦: July, 2018.

Sudah lima tahun lamanya Han Geumbi tinggal di penjara. Di balik jeruji besi dia berdoa agar kedua orang tua serta adiknya diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Dia tak ingin keluarganya khawatir. Namun, ternyata sebuah kabar buruk kembali menusuk telinga dan menyentuh hati. Ayahnya mengidap Senile Dementia atau Alzheimer sejak satu tahun yang lalu. Ibunda harus mengurusi sang ayah setiap waktu, dan adiknya, Woobin, tinggal seorang diri di Seoul. Woobin tengah mengemban pendidikan di Universitas Nasional Seoul. Keluarganya terpecah belah. Hati Geumbi semakin terluka. 

Setelah keluar dari penjara, hal pertama yang dia lakukan adalah makan bersama dengan adiknya. Tak lupa, tahu rebus juga diberikan Woobin kepada Geumbi dengan alasan tahu rebus bisa menghilangkan kesialan. Usai makan bersama, Geumbi dan Woobin langsung menyempatkan diri mereka untuk pulang ke Pulau Jeju; mengunjungi dan melihat keadaan ayah mereka yang sudah semakin parah. Penyakit yang sungguh menyayat hati benar-benar diderita oleh Han Moojin. Pria yang humoris itu nyaris melupakan wajah kedua anaknya, namun untung saja seluruh memori belum sempat terhapuskan oleh waktu.

Pedihnya hati karena kehidupan yang semakin tidak bahagia membuat Geumbi enggan untuk kembali ke Seoul. Dia hanya ingin menemani ibundanya melewati kesulitan dalam hidup, menjaga ayahnya, dan menenangkan diri di Pulau Jeju. Namun, Bae Jungjoo tidak memperbolehkan Geumbi melakukan hal itu. Alhasil, Geumbi pun kembali ke Seoul dan menjalankan hari-harinya sebagai ilmuwan pegangan rumah sakit nasional ibukota dengan berat hati. Sebenarnya, apa yang dia kerjakan cukup terbilang ilegal karena pihak rumah sakit menjadikan Han Geumbi sebagai ‘Secret Weapon’ untuk meracik obat-obatan dan juga mengecek kondisi obat yang diedarkan ke publik. Ya. Apa boleh buat sebab Geumbi sendiri adalah mantan pidana yang telah dijatuhi hukuman lima tahun penjara, dan memiliki catatan kriminal. Alhasil, Han Geumbi tetap bekerja di bidangnya, tetapi tidak terlalu terkespos publik. Orang-orang mungkin mengenal nama Han Geumbi sebagai ilmuwan muda yang cerdas, tetapi banyak dari mereka tidak mengetahui kehidupan sang ratna, di mana pekerjaannya sekarang selain sebagai dosen di salah satu universitas, apa yang disenanginya dan apa pula yang dibencinya. Tampaknya kebiasaan Han Geumbi yang selalu menyembunyikan perasaannya untuk diri sendiri dan sulit menyampaikan isi hati masih ada hingga sekarang. Lalu...

Akankah berakhir nasib buruk yang mengelilinginya?
Sebuah pertanyaan; sampai kapan harus bertahan?
Entahlah...







No comments:

Post a Comment

감사합니다