Tuesday, March 3, 2015

79 ㅡ ♕ 3 Hal Berbeda, Youngyi-ah.

03-03-2015: Ahn Youngyi.

File not found. Song Joohee is no longer exist.


Seorang gadis berambut pendek di atas bahu dengan riang duduk di lantai dingin depan kelas, bergabung bersama dengan teman-temannya yang lain. "Mari teman-teman kita mulai berlatih!" Ia tersenyum, menatap semua anggota kelompoknya itu. Jangan panggil aku Song Joohee. Ia sudah mati, ia hanyalah sebuah masa lalu yang telah menghancurkan hatiku hingga aku tak benar-benar berani mengenal spesies mereka. Mereka tidak mencintai. Mereka hanya membutuhkan. Aku hanyalah perempuan bodoh yang terlalu baik. Aku kini juga tak ingin benar-benar mengenal mereka. Sakit. Ahn Youngyi lahir dari rasa sakit itu. Sejak itulah Song Joohee mati terkubur dalam-dalam. "Baiklah ssaem, Ibu Ahn Youngyi." Sahut salah satu dari mereka sambil menyikut lengan gadis yang bernama Ahn Youngyi itu seraya tertawa lebar, menunjukkan keakraban. Ya, ia adalah sahabat karib Ahn Youngyi. Ia adalah Park Bom. "Apa kau senggol-senggol?!" Youngyi segera menyikut balik legan Bom sambil kembali meledek.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

drrt...drrt...

Youngyi merasa handphone-nya bergetar, tanda ada pesan masuk. Ia pun lekas mengecek pesan tersebut. Takut ada yang penting, pikirnya.


Bongsoo: "Youngyi, kau dimana? Aku sudah selesai dan ingin menemuimu." 


Wahhhh, Park Bongsoo! Ketikan secepat kilat menggelitik badan handphone dengan merek terkenal itu.


Youngyi: "Naiklah ke lantai atas. Aku disana."


Setelah menunggu beberapa menit, Seorang lelaki yang dikenal bernama Park Bongsoo ini akhirnya datang juga. Bom juga sangat senang bertemu dengannya. Seketika saat Bongsoo menghampiri Youngyi dan Bom yang sedang berbincang-bincang, Youngyi segera menarik tangan Bongsoo dan meninggalkan Bom bersama dengan teman-teman anggota kelompok lainnya disana.

"Aku penasaran. Sangat penasaran. Cepat katakan padaku!" Youngyi memukul-mukul tangan Bongsoo sedikit sambil menghentakkan kaki, tanda tidak sabaran. "Tapi, kau harus janji padaku kalau kau tidak akan sakit hati ketika mendengarnya. Oke?" Bongsoo mengingatkan."Ya. Apapun itu. Cepatlah!" Akhirnya Bongsoo mulai bercerita tentang informasi yang didapatnya......sakit sih, sedih sih, memang sih, tapi apa boleh buat. Pikiran Ahn Youngyi mulai membuat esai tentang perasaan campur aduknya saat itu."Jangan sedih, jangan galau, jangan terbawa perasaan." Cerita dongeng di siang hari yang dilantunkan Bongsoo mulai menemui akhir. "Kau berhak mendapatkan seseorang yang baik, mencintaimu apa adanya dan rela berkorban untukmu karena bukan kau yang harusnya berkorban untuknya. Bahasa kerennya sih...you deserve better, Youngyi-ah." Bongsoo menepuk pundak Youngyi yang hanya terdiam mematung. "Jangan sia-siakan hari-harimu untuk orang yang tidak menganggapmu apa-apa dan hanya bisa menyakitimu. Aku yakin ada laki-laki yang mencintaimu diam-diam tanpa sepengetahuanmu karena kau adalah perempuan yang baik." Youngyi merasa seperti dunianya runtuh saat itu. Namun, ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Bongsoo dan ia sudah berjanji bahwa ia harus kuat ketika ia siap mendengar semua cerita itu. "Ya, Bongsoo-ya. Sampai saat ini aku tidak pernah berharap apa-apa karena aku merasa tak bisa untuk mengharapkan sesuatu. Aku tidak berani berharap karena aku tau, sampai detik ini pun aku bukan siapa-siapa. Aku tidak sakit, hatiku tidak sakit. Ya....sedikit sih. Percayalah, hati ini sudah terlatih." Bongsoo melihat kebohongan di setiap kata yang terucap Youngyi, ia tahu Youngyi memaksakan diri. Namun, Bongsoo hanya ingin yang terbaik bagi Youngyi. "Aku percaya kau akan menemukan yang terbaik, Youngyi-ah." Youngyi tersenyum, tulus. "Terimakasih Park Bongsoo, kau memang sahabatku yang terbaik. Terimakasih atas informasi yang kau kumpulkan itu. Aku tau, aku tidak bisa memaksa seseorang untuk mencintaiku. Aku juga dari awal tidak memintanya untuk mencintaiku. Aku hanya ingin berada di sampingnya, mendukungnya, melihatnya tertawa dan bahagia untuknya. Aku hanya ingin ia bahagia. Itu saja." Youngyi mulai menunduk sambil sesekali mengehala napas panjang sebelum melanjutkan kalimat panjang yang masih belum selesai itu. "Sebenarnya sudah sejak lama aku merasa bahwa ia mendorongku jauh darinya. Aku sudah lama merasa ia memberikanku sinyal merah tanda berhenti. Namun, aku belum benar-benar menetapkan hatiku untuk memberhentikan pertukaran pesan yang biasa aku lakukan dengannya setiap harinya, meskipun hanya sehari 2x." Youngyi terdiam setelah itu. Bongsoo melihat Youngyi dengan kening berkerut. "Lalu?" Sahut Bongsoo, membuyarkan pikiran Youngyi seketika. "Baiklah, aku tidak akan mengirimkan pesan lagi. Aku akan berhenti." Youngyi berlagak menetapkan hati. Terlihat dari wajahnya bahwa ia ingin sekali berhenti berusaha karena ia merasa sudah sangat berusaha selama ini, namun di satu sisi ia juga tak ingin berhenti karena ia belum lelah berusaha dan sangat menyayangi Mr.X, seorang laki-laki yang selama kurang lebih 30 menit dibicarakan oleh Youngyi dan Bongsoo. Helaan napas panjang juga terdengar keluar dari sisi Park Bongsoo. Ia menepuk pundak Youngyi sebelum berlalu meninggalkan Youngyi yang masih larut dalam perasaan, pemikiran dan kenyataan yang harus ia hadapi. "Tanya hatimu tapi pakai otakmu. Perasaan, pemikiran dan kenyataan di sini adalah 3 hal yang berbeda."


Perasaan, pemikiran dan kenyataan adalah 3 hal yang berbeda. Ya. Perasaan Youngyi yang mengatakan bahwa ia menyayanginya. Itu adalah perasaan yang benar-benar nyata. Namun, pembicaraan dengan Park Bongsoo yang berlangsung selama 30 menit itu membuatnya berfikir keras. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia berhenti berusaha? Haruskah ia berhenti menyayangi? Haruskah ia terus berusaha meskipun akhirnya hanyalah kenyataan pahit yang didapat? Pikiran Youngyi berlari maraton yang tak tau dimana garis akhirnya. Yang pasti, ada 2 jalan yang salah satunya harus dipilih oleh pelari itu agar mampu menjalani kehidupan nyata. Kenyataan mendorong Youngyi untuk menjatuhkan dirinya ke dalam jurang yang sangat dalam. Tidak sakit, hanya luka lecet yang didapat karena ia sangat suka olahraga ekstrim.

Apa pilihan Ahn Youngyi? Terus maju atau mundur? Akankah Ahn Youngyi membuat alur ceritanya sendiri dengan terus berusaha? atau akankah Ahn Youngyi berhenti berusaha dan menyayanginya seorang diri...?