Friday, March 27, 2015

98 ㅡ ♕ Tak pernah menyesal, bertahan.

tak pernah menyesal, masih bertahan.
tak pernah menyesal, pernah bertahan.
tak pernah menyesal, aku bertahan.

The day gets special enough just by being able to see the person i love for a bit.

"Aku tau semua tentang dia dan seseorang itu..." Ahn terdiam melihat pesan yang tertera di telepon genggamnya. Ya, dari Pandae tentunya. "Aku sudah tau semuanya." Ketika hendak mengirimkan balasan, "Namun, aku sudah siap menerimanya. Selama ia bahagia, aku tak apa-apa untuk selalu berada di sampingnya meskipun hanya sebagai sahabat." Pandae melanjutkan. Seulas senyum menghiasi wajah Ahn yang saat itu baru pulang sekolah. "Nyaman. Buat ia nyaman di sampingmu senyaman-nyamannya. Karena seseorang yang nyaman satu dengan yang lainnya, akan selalu kembali. Ia akan selalu kembali kepadamu karena kau selalu dapat membuatnya nyaman. Dan kenyamanan mengalahkan segala-galanya. Percaya padaku. Bukan, aku bukan mau membuatmu berharap lebih. Namun, aku hanya ingin kebiasaan yang terlalu biasa untuk menyayanginya itu selalu ada dan kau akan bahagia karena kau membuatnya nyaman dan ia akan selalu merasa nyaman berada di dekatmu. Lalu? hmm...ya...tak ada yang tau dimana finish mu. Sehingga yang harus kau lakukan hanyalah tetap menyayanginya dan lakukan yang terbaik. But, don't be too kind and it's okay to fight." Ahn membalas panjang, menjelaskan.
"Terimakasih, Youngyi-ah...berkat dirimu, aku tak pernah menyesal masih bertahan. Ya...kebiasaan yang terlalu biasa." 

I was keeping it in all day, but now it exploded.

Ahn Youngyi baru saja keluar dari kamar mandi ketika OST Healer terdengar menggema di kamarnya. Nama Park Bom tertera di layar telepon. Ada apa ini? pikirnya Baru saja kurang dari 1 jam mereka bertemu. Secepat kilat ia memutuskan untuk menekan tombol jawab. "Ya Bom-ah, ada apa?" 

"Aku sedih sekali, Youngyi-ah........" Terdengar isak tangis dari ujung sana dan dengan sesekali menyedot ingus yang keluar, Bom berusaha menjelaskan semua yang terjadi setelah Youngyi pergi dari kafe 1 jam yang lalu. Kejadian begitu mengejutkan. Semua yang terjadi sudah dibayangkan akan terjadi oleh Youngyi. Mendengar semuanya dengan jelas, Youngyi merasa hatinya seperti tertusuk duri yang tak tau datang dari mana dan bagaimana ia bisa tertusuk duri tersebut. Darah mengalir keluar dari tubuhnya yang lemah. Youngyi sedih. Youngyi kesal. Youngyi marah. Tetapi, kemarahannya tak bisa menandingi kesedihan, kekesalan dan kemarahan Park Bom. Bom begitu baik dan perhatian. Bom begitu tulus menyayanginya yang begitu tak baik di mata orang di sekelilingnya. Namun, inikah balasannya? Wow, amazing guy. 

"Sudah cukup, Bom-ah. Sudah cukup kau mengorbankan dirimu demi dirinya. Kau hanya tertawa lebar dan tetap membela dirinya ketika semua orang membanjiri dirimu dengan pertanyaan tentangnya. Kau tetap menutupi semua tentang dirinya dengan kata-kata manis tanpa dosa. Ia tau kau peduli padanya. Ia tau kau menyayanginya. Ia tau semuanya. Tetapi ia pura-pura bodoh dan tetap melakukan ini padamu. Kau pun tak dapat melakukan apa-apa karena rasa sayangmu padanya selalu ada, begitu besar. Tidak, kau tidak salah. Tak ada yang salah menyayangi seseorang. Jangan salahkan dirimu menyayangi dirinya. Aku hanya ingin kau tau bahwa kau bukan orang yang boleh dan bisa diperlakukan seperti itu olehnya. Aku kesal dengan sikapnya. Aku marah. Orang yang selalu membuatmu seperti ini adalah dia. Sudah berapa kali ini? Kali ini, ia sudah kelewatan. Ia sudah melanggar aturan mainnya sendiri dan untuk apa kau tetap berada dalam permainan ketika permainan itu sudah berakhir? Semua chances telah diambil dan sudah tak ada lagi chances tersisa. Bukan kau yang harus diberikan kartu merah. Bukan kau yang harus meninggalkan permainan. Berikan kartu merah padanya dan katakan 'Kartu merah kuberikan padamu. Mengapa? Karena kau yang harus keluar dari permainan ini, karena ini adalah permainanku' Katakan dengan lantang dan kau boleh pergi dengan marah." Ahn berkata dengan nada sedikit meninggi, mungkin terdengar tinggi dari ujung telepon. 

"Aku mengerti, Youngyi-ah. Terimakasih ya, aku cukup senang karena aku merasa hatiku sedang marah. Aku sudah menangis cukup lama sebelum memutuskan untuk meneleponmu sehingga sedihku sudah mulai berkurang sekarang. Dan kata-katamu membuatku lega. Thank you." 

No comments:

Post a Comment

감사합니다