Sunday, March 8, 2015

82 ㅡ ♕ Bahagia-ku Untukmu.


"Youngyi...hari ini kau harus menahannya." Seorang perempuan terlihat sedang menceramahi dirinya dalam diam. "Tahan. Jangan melihat ke arahnya. Jangan ajak ia bicara. Jangan lakukan apapun. Jangan duduk dekat-dekat dengannya. Aku mohon..." Perempuan bernama Youngyi itu terus berusaha menghipnotis dirinya sendiri dalam kesunyian kelas yang masih sangat sedikit penghuninya. "Kau harus yakin pada dirimu. Pakai otakmu, jangan hatimu. Sesekali kau harus belajar menerima. Kenali dirimu dan jangan memaksa."





"Youngyi-ah!" Youngyi menoleh dan melihat ke arah suara yang memanggil namanya. "Ya, Nari?" Jawab Youngyi pelan, membuyarkan lamunan di pagi hari. "Aku punya kabar untukmu. Mau dengar?" Perempuan bernama Nari itu duduk di hadapan Youngyi sambil tersenyum manis. Ya, sangat cantik. "Apa itu? Tentang apa?" Perasaan campur aduk menghujani hati kecil Youngyi, penuh kegundahan...haruskah ia mendengarnya? atau tidak..? "Tentang seseorang yang sangat berarti bagimu tentunya." Mata Youngyi mulai terbuka lebar. "Baiklah, apa informasi itu?" Tanya Youngyi penuh keyakinan, kali ini ia siap menghadapinya. 

"Ia mulai banyak bercerita tentangmu padaku, well...tak banyak juga sih. Namun ada beberapa hal yang harus kusampaikan padamu." Youngyi mulai memperhatikan setiap gerakan bibir Nari dengan seksama. "Aku mengatakan padanya untuk tak menggantungkan hubungan kalian, karena aku tak mau hal seperti itu terjadi dan merusak pertemanan kita. Lalu ia menjawab bahwa ia bukan ingin menggantungkan hubungan kalian, melainkan ia hanya menghormatimu seperti halnya seseorang yang menghormati seorang lainnya dalam etika berkirim pesan. He just show some respect to you, to your messages." Youngyi terdiam mematung mendengar hal itu dan sebisa mungkin ia tak ingin terlihat lemah. Ia menarik bibirnya untuk menunjukkan seulas senyuman manis. Dengan segala kekuatan yang tersisa dalam dirinya, ia berusaha menahan tangis putus asa. "Ya...aku tau." Setelah mendengar jawaban itu, Nari berlalu dari hadapan Youngyi karena bel telah berbunyi dan kelas akan segera dimulai.



He replies you, not because he likes you.
He replies you, just because of  some respect.
He replies you, just because he respect someone who sends him messages everyday.
He replies you, just because he respect you.
 He just respect you, nothing more and nothing less. 

"Aku memang tak pernah mengharapkanmu membalas semua yang telah kuberikan padamu. Hati yang memilihmu. Waktu yang kuhabiskan untuk memikirkanmu. Mimpiku yang tak lain untuk terbang bersamamu. Tidak, aku tak mengharapkan apapun darimu. Aku gundah. Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Aku menyalahkan diriku. Mengapa aku harus selalu kecewa? Tak ada yang menyuruhku untuk kecewa. Mengapa aku harus sakit ketika tak ada yang menyuruhku untuk sakit? Mengapa aku harus menyayangi ketika aku tak mampu untuk menyayangi? Aku bingung. Aku iri pada mereka yang mampu mencintai dan dicintai. Bahagia pastinya. Mengapa aku tak mampu dicintai? Mengapa mereka tak mampu menemukan sedikit kebahagiaan dalam diriku? Mengapa mereka tak bahagia ketika bersamaku? Aku hanya mampu menyalahkan diriku. Aku bahkan tak sanggup, tak berani menyalahkan keadaan bahkan tak mampu menyalahkan dirimu yang lebih bahagia di luar sana. Namun, semakin lama aku mengenalmu...aku semakin menginginkanmu dan aku tak sanggup tak menjadikanmu sebagai harapanku. Ya, selama ini aku berbohong. Aku berbohong pada diriku sendiri bahwa aku tak menginginkamu. Aku terus berbohong dan berbohong pada diriku sendiri. Dengan harapan selama berjalannya waktu, hatiku menjadi terlatih untuk menyayangimu seorang diri. Kau telah menemukan kebahagiaanmu sendiri dan itu bukanlah diriku. Aku bahagia melihatmu tertawa, meskipun hati ingin bahagia bersamamu. Aku hanya akan memandangmu dari kejauhan. so close, yet so far. Ahn Youngyi, kau memang perempuan bodoh." Ahn Youngyi terdiam.


Ia tersenyum tipis memandang lurus buku yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. "Aku akan meyakinkan diriku sendiri mulai saat ini bahwa aku tak akan lagi mencoba berharap. Aku belum benar-benar berharap. Aku hanya ingin mencobanya. Namun, semua itu tak akan kulakukan lagi." Youngyi bergumam halus.

"Bahagiaku untukmu...." 







Kita tak dapat benar-benar mencintai seseorang yang tidak dapat tertawa bersama kita.
Cinta adalah situasi yang membuat kebahagiaan orang lain jadi penting bagi kebahagiaanmu.